Ketika
pada zaman, di mana sarana transportasi belum berkembang seperti
sekarang, sungai merupakan wahana transportasi yang sangat vital.
Apabila dilihat dari perkembangan kota/pemukiman lama, menunjukkan,bahwa
banyak dijumpai pusat-pusat perkotaan, pusat kerajaan yang mengambil
lokasi di tepian sungai. Hal tsb. membuktikan, bahwa sarana transportasi
air/sungai, merupakan sarana yang sangat strategis pada zamannya.
Sungai sebetulnya mempunyai fungsi pokok sebagai sarana menampung sisa
limpasan air hujan yang ada di daerah atasannya (atusan), setelah air
hujan meresap ke dalam tanah, yang kelak menjadi air tanah. Daerah
sungai dibagi menjadi palung sungai, bantaran sungai dan sempadan
sungai. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. : 38, tahun 2011 tentang
Sungai menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan bantaran sungai adalah :
ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang
terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai, sedangkan yang dimaksud
dengan garis sempadan adalah : garis maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Apabila dilihat dari fungsinya,sungai
mempunyai beberapa fungsi, di antaranya adalah sebagai fungsi : soisial,
konservasi, pengendali banjir dan penyedia air bagi irigasi, serta
penyedia air tanah bagi wilayah bawahannya. Apabila dilihat dari fungsi
sosial, sungai masih dimanfaatkan oleh sebagian warga untuk : tempat
mandi, men cuci, memancing, rekreasi dan bahkan masih ada yang
memfungsikan sungai secara tidak benar, yakni dimanfaatkan sebagai
tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga/industri serta buang
air besar (BAB).
Sungai Winongo merupakan salah satu
sungai yang melintas di perkotaan Yogyakarta, yang berhulu di Sleman dan
bermuara di Bantul. Kondisi kealamiahan Sungai Winongo masih dapat
dijumpai di hulu dan hilirnya, sedangkan di kawasan perkotaan, kawasan
sempadannya sudah dipadati kawasan permukiman.
Di daerah hulu dan hilir sungai Winongo,
kondisi sempadan sungai masih demikian alaminya, yang ditandai dengan
masih tersedianya ruang sempadan, banyaknya tanmana-tanman asli sempadan
sungai, sehingga fungsi sebagai pengendali banjir ( dengan mekanisme
secara simultan akan mengurangi energi banjir) masih terjaga, sebagai
penyangga kehidupan ekologi sempadan dan ekologi sungai, yang juga
berfungsi sebagai habitat untuk mendukung keanekaragaman hayati,
sekaligus sebagai kawasan lindung setempat masih relatif terjaga. Hal
tersebut.sangat kontras perbedaannya, apabila dibandingkan dengan
kondisi sempadan di perkotaan Yogyakarta.
Sempadan/bantaran di perkotaan.
Kondisi kealamiahan sempadan sungai di daerah hulu perkotaan dari Kelurahan Kricak, sudah mulai berubah. Jejak-jejak aktifitas warga perkotaan/urban mulai Nampak. Fungsi sempadan sungai pun mulai berubah. Salah satu tandanya adalah adanya bekas “Tempat Pembuangan Akhir (TPA)” sampah liar. Makin ke arah kota, dapat dijumpai saluran pembuangan limbah rumah tangga/industri rumah tangga yang membuang limbahnya ke Sungai Winongo. Di samping itu talud cor (bukan bronjong), yang dibangun dengan alasan demi keamanan permukiman, nampaknya sudah menjadi tuntutan warga sempadan sungai. Tanaman di bantaran sungai sudah berkurang (baik jumlah maupun jenisnya), dijumpai juga adanya keramba permanen. Dengan adanya kondisi yang demikian, sangatlah kecil kemungkinannya, sempadan Sungai Winongo akan dapat berfungsi secara optimal. (blh-kun)
Kondisi kealamiahan sempadan sungai di daerah hulu perkotaan dari Kelurahan Kricak, sudah mulai berubah. Jejak-jejak aktifitas warga perkotaan/urban mulai Nampak. Fungsi sempadan sungai pun mulai berubah. Salah satu tandanya adalah adanya bekas “Tempat Pembuangan Akhir (TPA)” sampah liar. Makin ke arah kota, dapat dijumpai saluran pembuangan limbah rumah tangga/industri rumah tangga yang membuang limbahnya ke Sungai Winongo. Di samping itu talud cor (bukan bronjong), yang dibangun dengan alasan demi keamanan permukiman, nampaknya sudah menjadi tuntutan warga sempadan sungai. Tanaman di bantaran sungai sudah berkurang (baik jumlah maupun jenisnya), dijumpai juga adanya keramba permanen. Dengan adanya kondisi yang demikian, sangatlah kecil kemungkinannya, sempadan Sungai Winongo akan dapat berfungsi secara optimal. (blh-kun)
sumber : http://blh.jogjaprov.go.id/2013/01/mewujudkan-sungai-winongo-asri-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar