Kota Jogja
setidaknya dilintasi oleh tiga buah sungai, yaitu Sungai Gajah
Wong, Sungai Code, dan Sungai Winongo. Ketiga sungai ini memiliki
tebing yang relatif tinggi. Bantaran sungai tersebut untuk saat ini
juga menjadi lokasi hunian yang cukup padat. Bantaran-bantaran
sungai di ketiga sungai itu akhir-akhir ini mendapatkan perhatian
yang relatif intens dari Pemkot Jogja maupun warga Jogja sendiri,
terutama yang bermukim di bantaran-bantaran sungai tersebut.
Kini muncul
semacam kesadaran untuk menjaga lingkungan bantaran dan sungainya
sekaligus. Mungkin perhatian paling awal akan pentingnya memelihara
dan memanfaatkan bantaran sungai muncul beriringan dengan
dibangunnya Kebun Binatang Gembira Loka (Kebon Rojo) pada tahun
1953. Seiring dengan semakin padatnya pemukiman di Jogja terutama
di kawasan bantaran sungai, perhatian terhadap bantaran sungai
semakin intens. Kecuali Gembira Loka, mungkin kawasan Terban dan
Ledok Gondolayu serta Jogoyudan juga merupakan kawasan yang relatif
intens perhatiannya terhadap bantaran sungai.
Hal demikian juga
terjadi pada bantaran sungai di kawasan Serangan, tepatnya di sisi
bawah (selatan) Jembatan Serangan. Dulunya kawasan ini relatif
kumuh lebih-lebih pada sisi atas-barat dari kawasan ini terdapat
pasar tradisional Serangan yang pada masa lalu berkecenderungan
melimpahkan sebagian limbahnya ke Sungai Winongo yang mengalir di
sisi timurnya.
Kini pada kawasan
bawah Jembatan Serangan ini telah dibangun taman yang diberi nama
Taman Wisata Air Wiranata Saestu. Peresmian taman ini dilakukan
pada tanggal 27 Maret 2011 yang lalu oleh Walikota Jogja, H. Herry
Zudianto. Pembangunan Taman Wisata Air Wiranata Saestu di bantaran
Sungai Winongo ini sebagai bentuk atau bagian dari revitalisasi
sungai dengan basis masyarakat. Taman wisata air ini dilengkapi
dengan panggung hiburan, warung makan, arena bermain anak-anak,
lorong atau jalan yang dapat digunakan untuk berjalan-jalan santai
atau sekadar duduk-duduk sambil menikmati pemandangan.
Diharapkan bahwa
revitalisasi sungai berbasis masyarakat ini sungguh-sungguh mampu
menyadarkan masyarakat untuk menjaga sungai dan lingkungannya.
Selain itu revitalisasi sungai juga mampu memberikan dukungan
lingkungan yang semakin sehat dan bersih sekaligus mendatangkan
keuntungan (ekonomi) bagi warga setempat. Dengan demikian akan
muncul kesadaran pula bahwa sungai bukanglah tong sampah atau
pelimbahan yang panjang yang bisa diperlakukan semena-mena.
Kehadiran Taman
Wisata Air Wiranata Saestu ini merupakan inisiatif warga dari
Kecamatan Ngampilan dan Wirobrajan yang tergabung dalam wadah yang
dinamakan Forum Komunikasi Winongo Asri. Taman Wisata Air Wiranata
Saestu itu sendiri memang berada di dua wilayah, Kecamatan
Wirobrajan dan Kecamatan Ngampilan.
Mungkin hal yang
paling berat dari munculnya gagasan taman air di bantaran sungai
semacam itu adalah masalah pemeliharaannya. Pembangunan mungkin
relatif mudah. Akan tetapi memelihara dengan keberlanjutan dalam
waktu yang seterusnya membutuhkan kemauan, ketekunan, kecintaan,
kerelaan, kepedulian, bahkan juga tenaga, waktu, dan dana yang
terus-menerus. Tanpa itu semuanya akan mandek, berhenti. Pada
sisi-sisi inilah dibutuhkan kesadaran semacam itu. Pengelolaan
sampah/limbah mandiri pun tampaknya wajib dilakukan mengingat
bantaran sungai demikian padat hunian. Sungai di kota juga
melintasi aneka tempat publik, aneka tempat produksi barang dan
jasa yang semuanya menghasilkan sampah/limbah. Dari semua
tempat-tempat berkegiatan manusia itu tidak semuanya memiliki
kesadaran untuk mengelola sampah dan limbahnya dengan benar. Hal
demikian tampaknya perlu terus diperhatikan dan disadarkan.
Barangkali pada
kesempatan lain akan muncul lokasi-lokasi baru sebagai bentuk
revitalisasi sungai sehingga sungai-sungai di Jogja tidak lagi
menjadi sungai yang menjijikkan, namun sungai yang sungguh bersih
dan sehat. Kemungkinan semacam itu hanya bisa diwujudkan dengan
kesadaran dan tekad bersama.
a.sartono
Sumber : http://www.tembi.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar