Ekha Yogafanny
Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta
Email: ekha.yogafanny@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas air Sungai Winongo dan pengaruh aktifitas masyarakat
terhadap kualitas air sungainya. Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan, wawancara, dan analisis laboratorium. Kualitas air
dianalisis berdasarkan beberapa parameter seperti fisika, kimia, dan
microbiologi.Pengamatan kualitas air sungai dilakukan
di dua lokasi pada kawasan perkotaan. Pencemaran sungai ditandai dengan adanya nilai kualitas air yang
melebihi baku mutu airseperti BOD, COD, nitrat, detergen, fenol, dan coliform
total. Dari hasil analisis kualitas air
sungai tersebut, ditemukan bahwa tingkat pencemaran pada lokasi 2 (Kel.
Tegalrejo, Kec. Tegalrejo) secara umum lebih
tinggi dibandingkan pada lokasi 1 (Kel. Pringgokusuman, Kec. Gedong Tengen). Hal tersebut disebabkan oleh adanya
aktifitas masyarakat sekitar yang tidak memperhatikan kebersihan lingkungan sungai seperti menumpuk sampah di
tepi sungai dan membuang air limbah (industri tahu, rumah tangga, dan peternakan) langsungke sungai.
1. LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data penduduk yang ada, jumlah penduduk
Kota Yogyakarta pada tahun 2008 sebesar 374.783 jiwa, tahun 2010 sebesar 388.869 jiwa,
tahun 2011 sebesar 390.207 jiwa, dan tahun 2013 sebesar 428.282 jiwa (Anonim, 2007).Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa pertambahan penduduk kota cukup tinggi yaitu± 53.499 jiwadari tahun
2008 hingga 2013 (Anonim, 2012).Kecamatan Tegalrejo Kelurahan Tegalrejo) dan Kecamatan
Gedong Tengen (Kelurahan Pringgokusuman) merupakan kecamatan yang ada di Kota
Yogyakarta. Dari hasil pengamatan lapangan, konsentrasi permukiman penduduk Kota Yogyakarta disepanjang
sungai/sempadan sungai Winongo cukup tinggi. Selain itu, pertambahan penduduk di Kota
Yogyakarta tidak diiringi dengan pertambahan atau penyediaan lahan untuk permukiman warga,
sehingga mendesak warga untuk tinggal di sempadan sungai.Penggunaan lahan pada sempadan
sungai yang terdapat di Kelurahan Pringgokusuman didominasi oleh permukiman padat penduduk.
Sedangkan penggunaan lahan di sempadan sungai Kelurahan Tegalrejo pada umumnya berupa
permukiman padat penduduk, industri tahu rumahan, dan peternakan.
Sungai merupakan salah satu wadah
tempat berkumpulnya air dari suatu kawasan. Air permukaanatau air limpasan mengalir secara
grafitasi menuju tempat yang lebih rendah (Asdak, C., 1995). Kualitas air sungai disuatu daerah
sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia, khususnya yang berada di sekitar sungai (Ibisch,
dkk, 2009). Jika aktifitas tersebut diimbangi oleh kesadaran masyarakat yang tinggi dalam
melestarikan lingkungan sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Namun sebaliknya, tanpa adanya
kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat maka kualitas air sungai akan menjadi
buruk. Buruknya kualitas air sungai akan berdampak pada menurunnya jumlah biota sungai dan
secara umum akan semakin menurunkan kualitas air sungai dibagian hilir yang kemudian bermuara
di laut.
Menurut PP no 38 Tahun 2011 Tentang
Sungai, dalam mengelola sungai ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya
sempadan sungai. Sempadan sungai adalah ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis
sempadan dan tepi palung atau tanggul sungai dengan jarak 3 m dari tepi luar kaki tanggul. Dalam
rangka melindungi sungai dan mencegah pencemaran air sungai, pembatasan pemanfaatan pada sempadan
sungai perlu dilakukan. Pemerintah telah mengatur bahwa sempadan sungai tidak boleh ditanami
tanaman selain rumput dan tidak boleh pula didirikan bangunan. Namun begitu, karena
keterdesakannya, banyak warga yang mendirikan bangunan sebagai tempat tinggal. Tidak hanya
tinggal di sempadan sungai, mereka juga beraktifitas dan melakukan kegiatan usaha seperti
industri rumahan dan peternakan babi di kawasan tersebut. Hal tersebut memungkinkan adanya dampak
terhadap kualitas air sungainya. Oleh karena beragamnya kegiatan dan
budaya masyarakat di kawasan sekitar sungai, pemantauan kondisi kualitas air sungai perlu
dilakukan guna menjadi kontrol bagi masyarakat dalam menjaga kelestarian sungainya. Hasil
penelitian ini sangat penting untuk dijadikan acuan bagi para praktisi lingkungan dan pengambil kebijakan
dalam meminimalkan pencemaran sungai dan menjaga kelestarian Sungai Winongo. Untuk
tercapainya hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kualitas air
(parameter fisika, kimia, dan microbiologi) Sungai Winongo serta membandingkannya dengan Baku Mutu
Air Provinsi DIY (Pergub no 20 tahun 2008).
2. Mengetahui pengaruh aktifitas dan
kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan sungai terhadap kualitas
air sungainya.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan
September 2014 di Sungai Winongo dan juga di kawasan permukiman sempadan sungai tersebut
yang secara administratif masuk kedalam dua kelurahan yaitu Kelurahan Pringgokusuman (Kec.
Gedong Tengen) sebagai lokasi 1 dan Kelurahan Tegalrejo (Kec. Tegalrejo) sebagai lokasi 2,
Kota Yogyakarta. Daerah ini dipilih karena merupakan kawasan permukiman padat penduduk dengan
berbagai macam kegiatan warga seperti industri tahu rumahan, peternakan, dan mandi cuci kakus
(MCK). Metode penelitian yang dilakukan
dalam pengambilan sampel adalah survey lapangan dan wawancara. Survey lapangan dilakukan
untuk mengetahui kualitas air dan menghitung debit sungai.Sampel air yang digunakan
merupakan sampel air sesaat (Grab Sample) yaitu sampel diambil secara langsung dari badan
air di 2 (dua) lokasi pengamatan. Sampel ini hanya akan menggambarkan karakteristik air pada
saat pengambilan sampel. Penentuan lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan
kondisi lapangan yang dapat mewakili karakteristik keseluruhan badan air. Berdasarkan hasil
perhitungan debit sungai (lokasi 1 = 1,55 m3/dtk dan lokasi 2 = 1,40 m3/dtk), diketahui bahwa debit
sungai yang ada di daerah penelitian ini adalah kurang dari 5 m3/dtk. Berdasarkan nilai debit air sungai
tersebut, maka pengambilan sampel di tiap lokasi adalah satu titik di tengah sungai pada kedalaman 1/2
dari kedalaman titik tersebut. Pengujian kualitas sampel air sungai
dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta
(BBTKLPP Yogyakarta). Dalam pengujian kualitas air, tidak semua parameter dianalisis melainkan
hanya beberapa parameter saja sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini. Hasil
kualitas air tersebut kemudian dibandingkan dan dianalisis dengan standar baku mutu air sungai
berdasarkan Pergub DIY no 20 tahun 2008. Wawancara dilakukan dengan metode indepth interview
dengan pemangku dusun dan tokoh masyarakat di daerah tersebut. Data hasil survey dan wawancara
tersebut kemudian diolah dan dianalisis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan pada dua titik
di Sungai Winongo yaitu titik 1 berada di Kel. Pringgokusuman dan titik 2 berada di
Kel. Tegalrejo. Air sungai mengalir dari lokasi 1 ke lokasi 2. Dari pengamatan langsung di
lapangan, kondisi wilayah pada sempadan Sungai Winongo di kedua lokasi ini berbeda. Pada lokasi 1,
kondisi wilayahnya berupa permukiman padat penduduk dengan beberapa aliran limbah dari pipa
besar ataupun kecil yang merupakan saluran pembuangan air dari Lingkungan permukiman warga. Sedangkan pada
lokasi 2, kondisi wilayahnya sama–sama dipadati oleh permukiman dengan sistem saluran
pembuangan yang tidak baik. Selain permukiman padat penduduk, di wilayah ini juga
terdapat industri rumahan tahu dan peternakan. Sikap warga yang kurang baik dalam menjaga kebersihan
sungai pada lokasi 2 ini juga dapat terlihat dengan adanya tumpukan sampah yang memanjang di
pinggir Sungai Winongo. Di permukiman yang ada di sekitar sungai Kelurahan Tegalrejo, Kota
Yogyakarta, terdapat kurang lebih 5 (lima) industri tahu rumahan. Dari hasil wawancara, industri ini
tidak melakukan pengolahan pada limbah yang dihasilkan melainkan langsung dibuang ke badan
sungai. Limbah industri tahu yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
akan menurunkan kualitas air sungai (Adack, J., 2013). Saluran pembuangan limbah industri tahu
rumahan tersebut juga terlihat pada talud yang ada di sepanjang sungai. Air sampel sungai yang diambil pada
bulan September 2014 diujikan di BBTKKL Yogyakarta pada tanggal 6 Oktober 2014. Dari hasil
pengamatan lapangan dan hasil uji laboratorium kualitas air Sungai Winongo yang dapat dilihat
pada Tabel 1, diperoleh beberapa paramater yang nilainya melebihi batas baku mutu air menurut
Pergub 20 tahun 2008. Pada lokasi 1, parameter yang melebihi standar baku mutu adalah
Nitrat, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Detergen, dan Fenol.
Sedangkan pada lokasi 2, parameter yang melebihi standar baku mutu antara lain Nitrat, BOD,
COD, Fenol, dan Coliform Total.
3.1. Kualitas air secara fisika
Kualitas air Sungai Winongo secara
fisika pada kedua lokasi pengamatan adalah cukup baik sesuai dengan baku mutu kelas II (Tabel 1).
Dengan nilai SS < 50 mg/l dan TDS < 1000 mg/l menunjukan bahwa air sungai tersebut tidak
terlalu keruh dan sesuai dengan pengamatan langsung dilapangan secara kualitatif (warna agak keruh
dan tidak berbau). SS (Settleable Solid) merupakan indikator dari banyaknya jumlah padatan
tersuspensi yang dapat diendapkan. Dengan nilai yang relatif kecil (lokasi 1 = 23 dan lokasi 2 = 25),
menunjukan bahwa tingkat erosi tanah yang masuk ke badan air cukup rendah. Rendahnya nilai SS
dapat juga disebabkan oleh kecilnya debit aliran sungai pada lokasi pengamatanyang disebabkan
pula oleh tidak adanya hujan pada saat pengambilan sampel (musim kemarau). Selain itu,
rendahnya tingkat erosi permukaan tanah di kawasan sempadan (permukiman padat penduduk) dapat
juga menjadi pemicu rendahnya nilai SS pada air sungainya. Kondisi jalan yang sudah tertutup
semen dan conblock serta tidak adanya hujan menyebabkan tingkat erosi permukaan tanah di
kedua lokasi pengamatan tersebut rendah. Total Dissolved Solid (TDS)
merupakan bahan terlarut dengan diameter < 10-6 mm dan koloidyang berupa senyawa kimia atau bahan
lainnya yang tidak tersaring pada kertas saring diameter 0,45 µm (Effendi, 2003). Dari hasil
uji kualitas air sungai di kedua lokasi, nilai TDS untuk semua titik
penelitian adalah dibawah nilai baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa bahan
anorganik yang terdapat di sungai tersebut cukup
rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah, dan aktifitas manusia.
Kondisi Sungai Winongo yang bertalud memungkinkan tidak adanya kontak langsung antara air
dengan batuan di kanan kiri sungai, sehingga meminimalkan pelapukan batuan yang ada dilokasi
penelitian.
3.2. Kualitas air secara kimia
Dari pengamatan kualitas air di
kedua lokasi, ditemukan beberapa parameter kimia yang melebihi nilai baku mutu, diantaranya adalah
BOD dan COD. BOD merupakan banyaknya kadar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk
mengoksidasi bahan pencemar organik menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O),
sedangkan COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
secara kimiawi menjadi CO2 dan H2O (Effendi, 2003). Tingginya nilai BOD dan COD yang
terkandung dalam air sungai di lokasi 1 dan lokasi 2 menunjukan banyaknya bahan organik
yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis seperti
tumbuhan dan hewan yang telah mati, hasil buangan limbah domestik dan industri. Nilai BOD
pada lokasi 2, yang dapat dilihat pada Tabel 1, lebih besar yaitu 5,6 mg/l daripada lokasi 1 yaitu 4,6
mg/l. Sedangkan COD pada lokasi 2 juga lebih besar yaitu 32,9 mg/l daripada lokasi 1 yaitu 28,1
mg/l. Hal inisesuai denganfakta dilapangan bahwa di lokasi 2 terdapat 1 (satu) peternakan babi, 5
(lima) industri tahu rumahan, dan juga tumpukan sampah di pinggir sungai. Industri tahu
menghasilkan limbah cair yang memiliki kandungan senyawa organik yang cukup tinggi. Ketika limbah
tersebut langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu maka kualitas air sungai akan
menurun. Dari pengamatan di lapangan dan wawancara, industri tahu tersebut tidak
memiliki pengolahan limbah sehingga langsung membuang sisa hasil produksinya ke Sungai Winongo. Pada
lokasi 1 terdapat pembuangan limbah langsung dari beberapa permukiman warga yang ada
di sepanjang sungai walaupun kuantitas dan kualitas air limbahnya tidak separah buangan
limbah pada lokasi 2. Selain itu, pada bagian ini terdapat kebun yang ditanami pohon bambu yang cukup
rindang sehingga menimbulkan sampah dedaunan yang cukup banyak yang merupakan salah
satu sumber dari berlebihnya nilai BOD dalam air. Namun demikian, nilai BOD dan COD pada
sungai tersebut tidak terlampau jauh melebihi nilai baku mutu. Dengan sedikit pengolahan yang
baik terhadap limbah tahu yang dihasilkan maka kualitas air sungai akan meningkat.
Tabel 1. Hasil analisis laboratorium
kualitas air Sungai Winongo
No Sampel
1
(sebelum)
2
(sesudah)
Baku Mutu
(kelas II)*
Parameter
Satuan
Fisika
Warna
-
Agak keruh
Agak keruh
-
Bau
-
Tidak berbau
Tidak berbau
-
SS
mg/l
23
25
50
TDS
mg/l
173
175
1000
Kimia
pH
-
7,4
7,5
6 – 8,5
DO
mg/l
5,4
5,0
Minimum 5
BOD
mg/l
4,6
5,6
3
COD
mg/l
28,1
32,9
25
Sulfida
mg/l
Tak terdeteksi
Tak terdeteksi
0,002
Nitrat
mg/l
10,64
10,64
10
Detergen
mg/l
0,4138
0,0980
0,2
Fenol
mg/l
0,0566
0,0399
0,001
Mikrobiologi
Coliform Total
MPN/100ml
1600. 100
1600. 103
5000
*Pergub no 20 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Air di Provinsi DIY
Selain BOD dan COD, Parameter kimia
yang melebihi nilai baku mutu pada lokasi 1 adalah Nitrat, Detergen, dan Fenol, sedangkan pada lokasi
2 adalah Nitrat dan Fenol. Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan sumber utama bagi perkembangan algae dan tumbuhan air (Effendi, 2003). Kadar
nitrat yang melebihi baku mutu seperti pada lokasi 1 dan 2 yaitu 10,64 mg/l merupakan gambaran
dari adanya pencemaran perairan oleh aktifitas manusia, sisa pupuk, dan tinja hewan. Tingginya
kadar Nitrat pada Sungai Winongo hilir (kawasan perkotaan) akibat aktifitas manusia, buangan
limbah rumah tangga maupun industri juga dibuktikan oleh Sudaryono (2000) dalam
penelitiannya. Aktifitas buang air besar (BAB) langsung warga di Sungai Winongo serta adanya peternakan babi
merupakan pemicu tingginya kadar Nitrat dalam perairan ini. Tingginya kadar nitrat menggolongkan
perairan ini pada golongan perairan eutrofik (kadar Nitrat 5 – 50 mg/l) yaitu perairan dengan
kadar unsur hara dan produktifitas primer tinggi. Kadar nitrat yang tinggi ini dapat menyebabkan
eutrifikasi pada perairan sehingga pertumbuhan algae dan tumbuhan air akan meningkat dengan sangat
pesat. Mengonsumsi air dengan kadar Nitrat tinggi akan menyebabkan menurunnya kapasitas
darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen, sehingga akan cukup membahayakan manusia terutama
bayi dibawah 5 bulan karena akan menyebabkan blue baby disease(Davis dan Cornwell, 1991).
Untuk keperluan air minum, kadar nitrat diharapkan tidak lebih dari 10 mg/l (Effendi, 2003).
Tingginya kadar detergen dalam air
merupakan salah satu indikator dari adanya pencemaran sungai dari kegiatan mencuci dan MCK warga.
Pada lokasi 1, sungai masih digunakan untuk MCK bagi beberapa warga, selain itu buangan
limbah domestik dari kegiatan mencuci baju warga juga masuk ke Sungai Winongo. Kadar detergen
pada lokasi 2 menurun hingga dibawah nilai baku mutu, hal tersebut dimungkinkan karena tidak
adanya kegiatan MCK warga di sepanjang sungai (karena lokasi sungai merupakan lokasi
pembuangan sampah). Kadar Fenol yang terkandung pada perairan ini melebihi nilai baku mutu (0,001
mg/l) yaitu 0,0566 mg/l pada lokasi 1 dan 0,0399 mg/l pada lokasi 2. Kadar Fenol yang tinggi
ini disebabkan oleh adanya pembusukan dari bahan organik seperti kayu, bambu, maupun daun
yang ada di Sungai Winongo. Selain itu, banyaknya sisa pakan ternak dan pupuk organik yang
kemudian terakumulasi di sungai juga turut meningkatkan kadar Fenol dalam air sungai. Parameter kimia lain yang tidak
melebihi nilai baku mutu adalah pH, Dissolved Oxygen (DO), dan Sulfida. pH air Sungai Winongo
dikategorikan sebagai pH normal yaitu 7,4 – 7,5. Sebagian besar biota akuatik dapat hidup dengan
baik pada kondisi pH ini. Nilai pH dapat mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia, semakin tinggi
nilai pH maka nilai alkalinitas semakin tinggi dan kadar karbondioksida semakin rendah
(Effendi, 2003). Jika pH rendah, maka perairan tersebut bersifat asam dan korosif, toksisitas logam
mengalami peningkatan, serta proses nitrifikasi akan terhambat Effendi, 2003).Sulfida terbentuk
pada kondisi minim oksigen. Pada kedua lokasi pengamatan, nilai sulfida nihil sedangkan kadar
oksigen terlarut (DO) dalam air adalah baik yaitu >5 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya
aktifitas pertanian yang intensif pada area ini mengingat sisa pupuk merupakan salah satu sumber
bahan pencemar ini.
3.3. Kualitas air secara
microbiologi
Coliformtotal merupakan nilai total
atau kumpulan dari berbagai jenis bakteria yang ada di dalam sampel air yang diujikan. Coliform
total merupakan salah satu indikator akan keberadaan pathogen di suatu perairan seperti virus,
protozoa, dan parasit. Bakteri coliform banyak terdapat dilingkungan dan di feses manusia maupun hewan
(Anonim, 2011). Nilai dari Coliform total berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Dari
hasil laboratorium, nilai coliform total yang melebihi batas nilai baku mutu (5000 MPN/100 ml)
adalah air pada lokasi 2 sebesar 1600 x 103MPN/100 ml, sedangkan nilai coliform total pada
lokasi 1 (1600 x 100 MPN/100 ml) berada dibawah nilai baku mutu. Nilai tersebut merupakan
indikator bahwa kandungan bakteri coliform pada lokasi 2 tersebut sangat tinggi. Banyaknya bakteri
coliform yang terdapat di daerah tersebut berasal dari adanya
peternakan babi dan tumpukan sampah
yang ada di sisi sungai yang dapat dilihat pada Gambar 1.Sistem sanitasi yang buruk dan
kebiasaan warga melakukan BAB di sungai juga turut andil dalam tingginya nilai coliform total di
sungai ini. Sudaryono (2000) menemukan tingginya kadar E.Coli dalam air Sungai Winongo dikawasan
perkotaan yang disebabkan oleh aktifitas warga berupa BAB di sungai tersebut. Untuk
meminimalkan dampak pencemaran dari tingginya bakteri coliform adalah dengan merubah kebiasaan BAB
warga, memperbaiki sistem sanitasi warga yang tinggal di sempadan sungai, dan membuat sistem
pengolahan kotoran ternak yang ada di permukiman warga. Gambar 1. Kondisi tepi Sungai
Winongo di sebagian Kota Yogyakarta Melihat dari aktifitas dan kesadaran
warga seperti yang telah disebutkan di atas serta pengaruh langsungnya terhadap kualitas air
Sungai Winongo, tidak ada alasan untuk tidak menjaga kelestarian dan kebersihan sungai
ini. Pada umumnya, partisipasi masyarakat di kedua lokasi ini, yang tidak bertempat tinggal persis
di pinggir sungai, sudah cukup baik yaitu denganmengadakan kegiatan bersih kali 2 minggu hingga
1 bulan sekali. Namun, tidak begitu pada warga yang bermukim tepat di pinggir sungai,
kesadaran warga pada daerah tersebut harus terus ditingkatkan, mengingat apapun kegiatan warga yang
dilakukan di sempadan sungai akan berdampak langsung dan nyata pada kualitas air
sungainya. Dengan adanya forum komunikasi warga dan kesadaran warga akan kebersihan, maka kondisi
kualitas air sungai akan menjadi lebih baik.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kualitas air Sungai Winongo berbeda
dari satu tempat ke tempat lainnya dinilai dari parameter fisika, kimia, dan biologinya.
Perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh dinamika aktifitas warga yang terdapat disepanjang Sungai
Winongo. Rendahnya kualitas air sungai ini dapat dilihat dari nilai konsentrasinya yang melebihi
baku mutu air kelas II (Pergub no 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY). Rendahnya
kualitas air tersebut dapat dilihat dari beberapa parameter seperti tingginya nilai BOD, COD,
Nitrat, Detergen, dan Fenol pada lokasi 1 serta BOD, COD, Nitrat, Fenol, dan Coliform Total
pada lokasi 2. Dari hasil analisis kualitas air sungai tersebut, ditemukan bahwa tingkat pencemaran
pada lokasi 2 secara umum lebih tinggi dibandingkan pada lokasi 1. Tingginya beberapa
parameter kualitas air di Sungai Winongo disebabkan oleh aktifitas warga yang tidak memperhatikan
kebersihan lingkungan dan kelestarian sungai yang berada dekat dengan permukimannya. Kegiatan warga
tersebut diantaranya adalah membuang dan menumpuk sampah di tepi sungai, mandi cuci
kakus di sungai, membuang air limbah industri tahu, limbah domestik, serta limbah peternakan ke
sungai, dan didukung pula oleh sistem sanitasi yang kurang memadai. Kontrol dan pengawasan kebersihan
sungai sangat berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan sungai. Kontrol dan
pengawasan tersebut dapat dilakukan mulai dari lingkup terkecil suatu komunitas misalnya RT, RW,
atau pedukuhan. Namun begitu, semuanya harus dilandasi oleh kesadaran diri yang tinggi terhadap
kebersihan lingkungan pada setiap individu. Sistem pengelolaan lingkungan sempadan sungai dapat
dimulai dengan pembuatan sistem sanitasi yang baik pada permukiman disepanjang sungai,
pembuatan sistem pengolahan limbah industri tahu rumahan, pembuatan sistem pengolahan limbah
peternakan, dan penyuluhan tentang kebersihan lingkungan sungai secara berkala guna merubah
paradigma dan sikap warga terhadap sungainya.
DAFTAR PUSTAKA
Adack, J. 2013. Dampak Pencemaran
Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup. Lex Administratum Vol. I Juli-September
No. 3.
Anonim. 2007. Kondisi Geografis Kota
Yogyakarta.http://www.jogjakota.go.id/about/kondisi- geografis kota-yogyakarta. Diunduh
pada tanggal 15 September 2014.
Anonim. 2011. Coliform Bacteria and Drinking Water. http://www.doh.wa.gov/Portals/1/Documents/Pubs/331-181.pdf. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014
Anonim. 2011. Coliform Bacteria and Drinking Water. http://www.doh.wa.gov/Portals/1/Documents/Pubs/331-181.pdf. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014
Anonim. 2012. Demografis.
http://www.jogjainvest.jogjaprov.go.id/id/mengapa- yogyakarta/demografis. Diunduh pada
tanggal 15 September 2014.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Davis, M.L. dan Cornwell, D.A. 1991.
Introduction to Environmental Engineering. Second Edition. Mc-Graw-Hill, Inc., New York.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah
Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air Sungai Winongo (PDF Download Available). Available from: https://www.researchgate.net/publication/304698113_Pengaruh_Aktifitas_Warga_di_Sempadan_Sungai_terhadap_Kualitas_Air_Sungai_Winongo [accessed Dec 25 2017].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar