ABSTRACT: The provincial
government's efforts of Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) in
the management of riverside areas cannot be separated from the role of
the community, especially who live around the riverside that has
directly impact to the management Winongo is one of the three major
rivers passing through the province of DIY. The role of the community is
local CSOs (Civil Society Organization) named FKWA (Forum
Communications Winongo Asri) which connects the government with the
people along the river. FKWA has worked with many institutions, both
from the government as well as the foreign organizations. One of the
areas in FKWA is Pakalan that consists of Ngampilan and Pakuncen urban
area.
INTISARI: Upaya
pemerintah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam pengelolaan
kawasan sungai salah satunya Winongo, tidak lepas dari peran masyarakat
yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berdampak langsung terhadap
pengelolaan tersebut. Sungai Winongo merupakan satu dari tiga sungai
besar yang melewati provinsi DIY. Peran masyarakat tersebut berupa local
CSO (Civil Society Organization) bernama FKWA (Forum Komunikasi Winongo
Asri) yang sekaligus menjembatani pemerintah dengan masyarakat sekitar
sungai. FKWA telah bekerja sama dengan banyak pihak baik dari pemerintah
maupun lembaga asing. Salah satu area dari FKWA adalah titik ungkit
Pakalan yang terdiri dari kelurahan Pakuncen dan Ngampilan. Diketahui
pada titik ungkit tersebut proses koordinasi organisasi kurang optimal.
Kurang optimalnya koordinasi level titik ungkit (hierarki bawah)
disayangkan, melihat koordinasi level hierarki atas yakni FKWA dengan
pihak-pihak eksternal telah terjalin dengan baik. Indikasi kurangnya
koordinasi adalah adanya degradasi keaktifan pengurus Pakalan dan
kurangnya keterlibatan perangkat daerah (RT dan RW) setempat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui alur koordinasi Pakalan dan
kendala-kendala dalam proses koordinasi. Logika teoritik yang digunakan
antara lain adalah peran koordinator oleh Henry Mintzberg, konsep peran
anggota, dan teori motivasi Maslow. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Diketahui alur koordinasi
Pakalan berawal dari pemberian lembar usulan pembangunan dari pengurus
Pakalan kepada tiap RT. Kemudian diberikan kepada RW untuk diserahkan
kembali kepada pengurus Pakalan. Selanjutnya pengurus Pakalan
menyerahkan lembar usulan kepada FKWA pusat dengan persetujuan lurah dan
camat. Terakhir FKWA pusat meneruskannya kepada pihak pemerintah.
Diketahui kendala-kendala koordinasi Pakalan antara lain kurang
optimalnya kerjasama dalam kepemimpinan kolektif, disseminasi yang
terhambat, kecemburuan sosial, partisan dalam organisasi, benturan
kepentingan masyarakat dengan peraturan pemerintah, kualitas pembangunan
pemerintah belum maksimal, perbedaan wilayah administrasi, pemenuhan
poin-poin kohesivitas organisasi yakni daya tarik organisasi dan
motivasi belum maksimal. Selain itu pemenuhan poin-poin trust seperti
kejujuran dan keterbukaan, keteraturan, dan tidak merasa dirugikan juga
belum maksimal. Saran yang diajukan adalah perlunya peran pemerintah dan
pengurus FKWA dalam penguatan koordinasi Pakalan; serta perlunya
peningkatan komunikasi antar pengurus Pakalan sebagai anggota FKWA
melalui penjelasan intensif dan pertemuan rutin yang efektif.
Sumber : http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=65214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar